BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sering kita dengar dalam kegiatan
belajar di sekolah banyak guru berpendapat bahwa siswa yang terbiasa dengan
sikap disiplin mudah untuk mendapatkan suatu kemajuan atau keberhasilan
dibandingkan dengan siswa yang kurang terbiasa memiliki sikap disiplin.
Pendapat tersebut sesuai Burghardt (dalam Syah, 2003) yang menyatakan bahwa
kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan respon dengan menggunakan
stimulasi yang berulang-ulang. Burghardt memberikan contoh, siswa yang terbiasa
belajar bahasa secara berkali-kali akan menghindari kecenderungan penggunaan
kata yang salah atau struktur yang keliru, akhirnya akan terbiasa dengan
penggunaan bahasa secara baik dan benar.
Seorang siswa dalam proses mengikuti
kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata
tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat
berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di sekolahnya.
Kepatuhan dan ketaatan siswa dengan aturan dan tata tertib yang berlaku di
sekolahnya itu biasa disebut disiplin siswa. Sedangkan peraturan, tata tertib
dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut
disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara
perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk
berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di
sekolah. Yang dimaksud disiplin sekolah adalah aturan-aturan yang ada di
sekolah, misalnya aturan tentang standar berpakaian, ketepatan waktu, perilaku
sosial dan etika belajar atau kerja. Pengertian disiplin sekolah kadangkala
diterapkan pula untuk memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari
pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi kontroversi dalam
menerapkan metode pendisiplinannya sehingga terjebak dalam bentuk kesalahan
perlakuan fisik dan kesalahan perlakuan psikologis.
Permasalahan dalam penerapan
disiplin belajar sering dialami siswa karena mereka sulit untuk mengatur waktu
belajar dan melanggar peraturan. Hal inilah yang menghambat siswa untuk dapat
menerapkan disiplin belajarnya. Pernyataan tersebut diambil dari banyaknya
kasus siswa yang mengalami ketidak disiplinan di sekolah maupun dalam
belajarnya. Sudah menjadi realita bahwa lebih banyak siswa yang tidak disiplin
dalam belajar dibandingkan dengan siswa yang disiplin dalam belajar. Meskipun
hasil nilai raport antara anak yang disiplin belajarnya baik dan yang tidak,
sudah tidak dapat dibedakan lagi, akan tetapi perlu bagi guru terutama orang
tua untuk mengupayakan melatih siswa supaya lebih disiplin belajar. Karena ini
merupakan hal penting yang dapat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam mencapai
cita-cita. Banyak faktor yang mempengaruhi pembentukan disiplin siswa dalam
belajar, diantaranya memiliki sikap teladan, lingkungan berdisiplin dan latihan
berdisiplin.
Berdasarkan hasil survey
permasalahan Bimbingan Konseling di SMA Negeri 1 Ngoro - Mojokerto masih
ditemukan terdapat sekelompok siswa yang tingkat kedisiplinan belajarnya masih
rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari secara keseluruhan siswa dari kelas X
sampai kelas XII berjumlah 570 dapat diprosentasikan sekitar 40 % siswa yang
mengalami disiplin belajar rendah. Hal ini dapat diketahui dengan masih banyak siswa
dalam mengikuti pelajaran terkesan tidak atau kurang serius bahkan kadang
terkesan semaunya, siswa datang terlambat, siswa sering tidak mencatat, siswa
tidak segera memasuki kelas meskipun bel tanda masuk telah berbunyi, siswa
tidak mengerjakan tugas, siswa lebih senang berbicara dengan teman-temannya
dari pada mencoba mengerjakan soal, tidak mendengarkan saat guru menerangkan
dan masih banyak lagi perilaku tidak disiplin belajar yang dilakukan siswa di
sekolah yang pada akhirnya akan berdampak pada hasil belajar siswa itu sendiri.
Sebagai gambaran perilaku kurang
disiplin oleh siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Ngoro yang telah diuraikan
oleh guru mata pelajaran yaitu sebagai berikut: siswa ditegur guru karena ramai
atau bercakap-cakap dengan siswa lain pada saat guru menerangkan, siswa tidak
mengerjakan tugas-tugas rumah, siswa tidak mau maju ke depan untuk mengerjakan
soal apabila tidak ditunjuk bahkan dipaksa oleh guru, siswa tidak segera
mengerjakan latihan soal di kelas karena mengobrol dengan siswa lain.
Untuk mengantisipasi masalah
disiplin belajar siswa yang rendah
berkelanjutan, maka perlu diberikan suatu teknik untuk membimbing siswa
dalam upaya meningkatkan kedisiplinan belajar dan bagaimana siswa dapat secara sadar
berkeinginan untuk mengubah perilakunya sendiri, khususnya disiplin belajarnya
yang rendah. Sehingga diharapkan dengan teknik pengubahan perilaku atau
kebiasaan yang salah maka siswa dapat menggantinnya dengan perilaku yang benar
guna meningkatkan disiplin belajarnya, yang pada akhirnya berpengaruh pada
prestasi belajarnya. Maka teknik atau strategi yang berfungsi untuk mengubah
perilaku atau kebiasaan adalah dengan menggunakan pendekatan behaviour. Salah
satunya adalah dengan menggunakan strategi Self
Management.
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah
yang telah diuraikan di atas maka rumusan permasalahan yang akan diteliti
adalah apakah terdapat perbedaan skor yang signifikan antara sebelum dan
sesudah diberikan strategi Self
Management dalam meningkatkan disiplin belajar siswa kelas XI IPS 1 di SMA
Negeri 1 Ngoro?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah:
Untuk
mengetahui apakah strategi Self
Management dapat membantu siswa dalam meningkatkan disiplin belajarnya dan
adakah perbedaan skor yang signifikan antara sebelum dan sesudah diberi
penerapan strategi Self Management dalam
meningkatkan disiplin belajar siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Ngoro.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Manfaat hasil penelitian tindakan kelas ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagi
Konselor Sekolah
Penelitian ini
diharapkan memberikan manfaat yang berharga berupa pengalaman teori dan praktis
dalam melakukan penelitian terutama tentang pengaruh penerapan strategi Self Management terhadap disiplin
belajar siswa.
2. Bagi
Sekolah
Penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk meningkatkan kualitas layanan
bimbingan dan konseling khususnya dalam menangani siswa yang kurang dalam
disiplin belajarnya.
3. Bagi
siswa
Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam mengatasi masalah siswa,
khususnya siswa yang kurang disiplin dalam belajarnya sehingga lebih disiplin
lagi.
BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Disiplin
Belajar
1. Pengertian
Disiplin Belajar
Menurut Charles (2007:29)
“menyatakan bahwa disiplin adalah sebuah proses pendidikan dan pelatihan diri
yang membantu kita meningkatkan efektifitas dan kualitas seluruh pengalaman
kita di dunia ini”. Sedangkan menurut pendapat Rachman (dalam Tu’u, 2004) mengartikan
disiplin adalah upaya mengendalikan diri dan sikap mental individu atau
masyarakat dalam mengembangkan kepatuhan dan ketaatan terhadap peraturan dan
tata tertib berdasarkan dorongan dan kesadaran dan yang muncul dari dalam
hatinya. Menurut Gordon (dalam Charles, 2007) disiplin adalah perilaku yang
sesuai dengan peraturan dan ketetapan yang diperoleh dari latihan.
Menurut Djamarah (2002) belajar
adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan
lingkungannya.
2. Tujuan
disiplin belajar
Disiplin belajar bukan suatu usaha
untuk membuat anak menahan tingkah laku yang tidak diterima oleh orang lain.
Terbentuknya disiplin pada diri seseorang tidak lepas dari dorongan yang
mempengaruhinya.
Wittig (dalam Syah, 2003)
berpendapat bahwa tujuan disiplin belajar adalah untuk menolong anak memperoleh
keseimbangan antara kebutuhannya untuk berdikari dan penghargaan dari orang
lain. Menurut Harlock (1989) tujuan seluruh disiplin adalah membentuk perilaku
sedemikian rupa, sehingga akan sesuai dengan peran-peran yang ditetapkan dalam
kelompok budaya individu diidentifikasi. Sedangkan menurut Hutabarat (1995)
tujuan utama adalah membuat disiplin dengan memberikan pola tingkah laku yang
baik dan benar.
3. Faktor-faktor pembentukan disiplin belajar
Menurut Tu’u (2004), terdapat faktor
yang dapat berpengaruh pada pembentukan disiplin belajar, antara lain :
teladan, lingkungan berdisiplin, dan latihan berdisiplin.
a) Teladan
Perbuatan
dan tindakan kerap kali lebih besar pengaruhnya dibandingkan dengan kata-kata.
Contoh dan teladan seorang guru serta keluarga sangat berpengaruh terhadap
disiplin belajar siswa. Siswa lebih mudah meniru apa yang mereka lihat. Di sini
faktor teladan disiplin sangat penting bagi disiplin belajar siswa.
b) Lingkungan berdisiplin belajar
Siswa
dapat juga dipengaruhi oleh lingkungan. Bila siswa berada dalam lingkungan yang
berdisiplin belajar baik, maka siswa dapat terbawa oleh kondisi tersebut.
c) Latihan berdisiplin belajar
Disiplin
belajar dapat dicapai dan dibentuk melalui proses latihan dan kebiasaan.
4. Ciri-ciri siswa yang memiliki disiplin
belajar yang baik
Ciri-ciri siswa yang memiliki
disiplin belajar yang baik yaitu: 1) mencurahkan perhatian penuh, 2) membaca
buku secara tekun, 3) mengikuti kegiatan pembelajaran dengan tertib, 4)
mencatat bahan bacaan secara rapi, 5) mengelola waktu belajar secara teratur,
dan 6) mengendalikan diri agar dapat melaksanakan semua tugas belajar di
sekolah dengan baik. (Gie, 2000)
B. Strategi Pengelolaan Diri (Self-Management)
- Pengertian Strategi Pengelolaan Diri
Self-Management merupakan proses dimana klien mengarahkan perubahan tingkah laku mereka
sendiri, dengan menggunakan satu
strategi atau kombinasi strategi (Nursalim dkk, 2005: 146).
Menurut Cormier (1985: 519), “Self-Management is a process in which client direct their own behavior
change with an one therapeutic strategy or a combination of strategy”. (Self-Management adalah suatu proses dimana klien mengarahkan perubahan
tingkah lakunya sendiri dengan menggunakan satu strategi atau kombinasi strategi).
Dari beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa strategi pengelolaan diri adalah strategi yang memberikan kesempatan
pada konseli untuk mengatur atau memantau perilakunya sendiri dengan satu
strategi atau kombinasi strategi untuk mengubah perilaku.
2.
Aspek-aspek
strategi pengelolaan diri
Beberapa aspek-aspek dalam strategi
pengelolaan diri adalah :
1.
Konseli dilatih pengarahan diri dalam interview.
2.
Konseli mengarahkan diri sendiri melalui tugas pekerjaan
rumah.
3.
Konseli mengamati sendiri dan mencatat sendiri tingkah
laku yang diinginkan / pekerjaan rumah.
4.
Memberikan penghargaan pada diri sendiri setelah
keberhasilan langkah-langkah tindakannya dan tugas rumah.
3.
Ciri-ciri program pengelolaan diri yang efektif.
Program pengelolaan
diri yang dirancang dan dilaksanakan dengan baik mempunyai beberapa keuntungan:
1.
Menambah pengawasan individu terhadap lingkungan dan
mengurangi ketergantungan terhadap konselor atau yang lain.
2.
Perasaan dapat mengawasi lingkungan seringkali memotivasi
konseli untuk melakukan tindakan.
3.
Praktis, tidak mahal dan gampang.
4.
Mudah dijawab.
4.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan supaya strategi pengelolaan
diri efektif.
1. Menggunakan
kombinasi strategi, beberapa memusatkan pada tingkah laku anteseden dan yang
lain pada konsekuen.
2. Menggunakan
strategi secara konsisten dalam jangka waktu tertentu.
3. Adanya
bukti evaluasi diri dari konseli, membentuk tujuan dengan standar yang tidak
terlalu tinggi, realistik dan terjangkau.
4. Menggunakan
penguat diri.
5. Adanya
dukungan lingkungan.
5.
Tahapan-tahapan
strategi pengelolaan diri
Tahapan
strategi pengelolaan diri menurut Cormier (1985: 522) adalah :
1. Klien
mengidentifikasi dan mencatat sasaran perilaku dan mengontrol sebab akibatnya.
2. Klien
mengidentifikasi perilaku yang diharapkan tentang arah perubahan.
3. Konselor
menjelaskan arah pengelolaan diri.
4. Klien
menyeleksi satu atau lebih strategi.
5. Klien
menyatakan verbal persetujuan untuk menggunakan strategi.
6. Konselor
memberi contoh dan instruksi strategi yang dipilih.
7. Klien
mengulangi strategi yang dipilih.
8. Klien
menggunakan strategi terpilih dalam kehidupan.
9. Klien
mencatat penggunaan strategi dan tingkat perilaku sasaran.
10. Data klien
diamati oleh konselor dan klien secara berkelanjutan merevisi program.
11. Membuat
catatan dan menyajikan pada diri dan penguat lingkungan untuk kemajuan klien.
- Macam dan implementasi strategi pengelolaan diri
a.
Self Monitoring
Ialah
upaya klien untuk mengamati diri sendiri, mencatat sendiri tingkah laku
tertentu (pikiran, perasaan, dan tindakan) tentang dirinya dan interaksinya
dengan peristiwa lingkungan.
b.
Stimulus
Control
Ialah
merancang sebelumnya antecedent atau isyarat pedoman/petunjuk untuk menambah
atau mengurangi tingkah laku.
c.
Self Reward
Ialah pemberian hadiah pada diri sendiri, setelah
tercapainya tujuan yang diinginkan.
C. Hipotesis
Penerapan strategi self management
dapat meningkatkan disiplin belajar siswa kelas XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Ngoro.
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian Tindakan Kelas
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah
penelitian tindakan praktis yang mengkaji praktik kegiatan lokal, melibatkan
inquiri individual atau tim, memfokuskan pada pengembangan guru dan
pembelajaran murid, mengimplementasikan perencanaan tentang tindakan, dan
mengarahkan guru sebagai peneliti.
Desain yang digunakan peneliti dalam penelitian
tindakan kelas adalah model Kemmis & McTaggart. Model Kemmis & McTaggat
merupakan pengembangan konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin.
Model yang dikemukakan oleh Kemmis & McTaggart
di dalamnya terdiri dari dua komponen atau dua siklus yang sangat bergantung
pada permasalahan yang perlu dipecahkan. Siklus merupakan suatu putaran
kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi
(Ghony, 2008).
2. Subyek Penelitian
Subyek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah siswa XI IPS 1 di SMA Negeri 1 Ngoro.
3.
Langkah-langkah
Penelitian
a.
Siklus
1
1) Perencanaan
(Planning)
a) Membuat
rencana penelitian awal
b) Menentukan
subjek penelitian
c) Menyiapkan
segala keperluan
2) Tindakan
(Acting)
a) Konselor
menjelaskan materi
b) Konselor
melaksanakan tahapan dalam self-management
3) Observasi
(Observing)
Observasi dilakukan untuk mengukur seberapa besar
kriteria peningkatan kemampuan yang dicapai sebelum diberikan intervensi.
4)
Refleksi (Reflecting)
Refleksi
adalah upaya evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang
terkait dengan suatu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan.
b.
Siklus
2
1) Perencanaan
(Planning)
a)
Membuat kriteria peningkatan kemampuan
b)
Menyiapkan segala keperluan
2) Tindakan
(Acting)
a) Konselor
menjelaskan materi
b) Konselor
melaksanakan tahapan dalam self-management
c) Konselor
berdiskusi dengan siswa tentang materi yang disampaikan.
3) Observasi
(Observing)
Observasi dilakukan untuk mengukur seberapa besar
kriteria peningkatan kemampuan yang telah dicapai.
4)
Refleksi (Reflecting)
Refleksi
adalah upaya evaluasi yang dilakukan oleh para kolaborator atau partisipan yang
terkait dengan suatu penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan.
4. Waktu Penelitian
Siklus 1 : Bulan Juli 2011
Siklus 2 : Bulan Agustus 2011
Pelaksanaan
siklus di atas dapat digambarkan pada tabel di bawah ini :
No.
|
Kegiatan
|
Pelaksanaan
|
|||||||
Juli
|
Agustus
|
||||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
||
1.
|
Siklus
1
Perencanaan
(Planning)
a)
Membuat rencana penelitian awal
b)
Menentukan subjek penelitian
c)
Menyiapkan segala keperluan
Tindakan
(Acting)
a)
Konselor menjelaskan materi
b)
Konselor melaksanakan tahapan
dalam self-management
Observasi
(Observing)
Refleksi
(Reflecting)
|
√
√
√
|
√
√
|
√
|
√
|
|
|
|
|
2.
|
Siklus
2
Perencanaan
(Planning)
a)
Membuat kriteria peningkatan
kemampuan
b)
Menyiapkan segala keperluan
Tindakan
(Acting)
a)
Konselor menjelaskan materi
b)
Konselor melaksanakan tahapan
dalam self-management
c)
Konselor berdiskusi dengan siswa
tentang materi yang disampaikan.
Observasi
(Observing)
Refleksi
(Reflecting)
|
|
|
|
|
√
√
|
√
√
√
|
√
|
√
|
B. Teknik Analisis
1.
Analisis Data
a.
Definisi Data
Data ialah bahan mentah yang
perlu di olah sehingga menghasilkan informasi atau keterangan, baik kualitatif
maupun kuantitatif yang menunjukkan fakta. Sementara perolehan data seyogyanya
relevan, artinya data yang ada hubungannya langsung dengan masalah penelitian.
b.
Jenis Data
Data menurut jenisnya ada dua
yaitu data kualitatif dan data kuantitatif. Tindak lanjut kegiatan peneliti
sesudah pengumpulan data sangat bervariasi bentuknya tergantung dari bagaimana
data yang terkumpul akan diorganisasikan.
1)
Analisis data menggunakan analisis data
kualitatif yang berupa kalimat, hasil ekspresi dari tingkah laku siswa di dalam
kelas, pandangan siswa, kemampuan kognitif siswa, kesemuanya ini dapat
dianalisis dengan analisis kualitatif (Sudikin, dkk, dalam Ghani, 2008).
2)
Data
kuantitatif yaitu data yang berwujudangka-angka. Data ini diperoleh dari
pengukuran langsung maupun dari angka-angka yang diperoleh dengan mengubah data
kualitatif menjadi data kuantitatif. Data kuantitatif bersifat objektif dan
bisa ditafsiran sama oleh semua orang. Analisa kuantitatif itu disebut juga
analisa statistis. Prosesnya dapat dapat dibagi menjadi tigatahap, yang satu
sama lain berkaitan erat. Tahap pertama adalah tahap pendahuluan yang disebut
tahap pengolahan data. Tahap berikutnya adalah tahap pokok yang disebut tahap
pengorganisasian data,yang kemudian tahap terakhir adalah tahap penemuan hasil.
Pada tahap kedua dan ketiga, pengetahuan dan pengukuran yang cermat menurut
ilmu statistic sangatlah diperlukan. Kenyataan inilah yang menyebabkan analisa
kuantitatif disebut juga analisa statistis. Analisa kuantitatif jauh lebih
mampu memperlihatkan hasil yang cermat dibanding dengan analisa kualitatif.
2.
Jenis Skala Pengukuran
Maksud dari skala pengukuran ini
untuk mengklasifikasikan variable yang akan diukur supaya tidak terjadi
kesalahan dalam menentukan analisis data langkah penelitian selanjutnya.
a.
Jenis Skala Pengukuran
Jenis-jenis skala mengukuran ada
empat, yaitu:
1)
Skala
Nominal,
Skala nominal adalah skala yang
paling sederhana disusun menurut jenis atau fungsi bilangan hanya sebagai
symbol untuk membedakan sebuah karakteristik dengan karakteristik lainnya.
Contohnya : jenis kulit hitam 1.kuning 2. putih 3. Angka 123 hamya sebagai
label saja.
2)
Skala
Ordinal,
Skala Ordinal ialah skala yang
didasarkan pada rangking, di urutkan dari jenjang yang lebih tinggi sampai
jenjang terendah. Contohnya : Status social kaya no.1, sederhana no.2, dan
miskin no.3,
3)
Skala
Interval,
Skala interval adalah skala yang
menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lainnya dan mempunyai bobot
yang sama. Contohnya: skor ujian perguruan tinggi : A,B,C,D,dan E.
4)
Skala
Ratio.
Skala Ratio adalah skala
pengukuran yang mempunyai nilai nol mutlak dan mempunyai jarak yang sama.
Contohnya: berat badan, tinggi, pohon, tinggi badan manusia.
3.
Sumber Data
Metode pengumpulan data adalah
teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data. Instrument diartikan sebagai alat Bantu dan merupakan sarana yang dapat
diwujudkan dalam benda.agar data yang dikumplkan baik dn benar, instrument
pengumpulan datanya pun harus baik. Ada beerapa instrument pengumpuan data
sesuai dengan teknik pengumpulan data.
a.
Angket (Questionnaire)
Angket (Questionnaire) adalah
daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons
sesuai dengan permintaan penggunaan. Tujuan penyebaran angket iaalah untuk
mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden tanpa
merasa khawatir bila responden memberikan jawaban.
b.
Cheek list
Che eklist atau daftar cek adalah
suatu daftar yang berisi subjek dan aspek-aspek yang akan diamati.
c.
Wawancara
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang diguakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Berdasarkan sifat pertanyaan, wawancara dapat dibedakan menjadi wawancara bebas dan wawancara bebas terpimpin.
Wawancara adalah suatu cara pengumpulan data yang diguakan untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Berdasarkan sifat pertanyaan, wawancara dapat dibedakan menjadi wawancara bebas dan wawancara bebas terpimpin.
d.
Pengamatan (Observation)
Observasi yaitu melakukan
pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk meliat dari dekat kegiatan
yang di lakukan.
e.
Tes (Test)
Tes sebagai instrument
pengumpulan data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan
untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok.
4.
Penyajian Data
Secara umum ada eberapa cara
penyajian data statistic yang sering digunakan yaitu table, grafik, diagram,
keadaan kelompok, simpangan baku dan angka baku.
DAFTAR
PUSTAKA
Ghony, M. Djunaidi. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Malang: UIN Malang Press.
Djamarah. 2002. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pres
Hadi, Sutrisno. 2000. Statistik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Johnson, Philip E.
2004. Bukan Cara Belajar Biasa. Terjemahan oleh Maria Valia. 2008.
Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer.
Nursalim, Mochamad, dkk. 2005. Strategi Konseling. Surabaya: Unesa
University Press.
Reksoatmojo, Tedjo N. 2006. Statistika untuk Psikologi dan Pendidikan. Bandung: Refika Aditama.
Komentar
Posting Komentar