Kurun Waktu
|
Nama Raja atau Penguasa
|
Prasasti
|
Peristiwa
|
717—760
|
Prasasti Canggal (732), Prasasti Wanua Tengah 3
|
Sanjaya,
putra Sannaha, keponakan Sanna memulihkan keamanan, mempersatukan kerajaan
dan naik takhta, sejarahwan lama menafsirkannya sebagai berdirinya Wangsa Sanjaya,
sementara pihak lain menganggap ia sebagai kelanjutan Sailendra
|
|
760—775
|
Rakai
Panangkaran beralih keyakinan dari memuja Siwa menjadi penganut Buddha
Mahayana, pembangunan Candi Kalasan
|
||
775—800
|
Dharanindra (Rakai
Panaraban)
|
membangun
Manjusrigrha,
memulai membangun Borobudur
(sekitar 770), Jawa menyerang dan menaklukan Ligor dan Kamboja Selatan
(Chenla) (790)
|
|
800—827
|
Samaragrawira (rakai
Warak)
|
Ayah dari samaratungga dan anak dari
Dharanindra dan disebut sebagai raja yang perkasa.Kamboja memerdekakan diri
(802).
|
|
827-828
|
Dyah
Gula
|
Prasasti
Wanua Tengah 3
|
|
828—847
|
Samaratungga (rakai
Garung)
|
Prasasti Karangtengah (824), Prasasti Wanua Tengah 3
|
|
848—855
|
Prasasti Siwagrha (856) atau prasasti Wantil.prassti
Argopura, prasasti Munduan 807 prasasti Kayumwungan 824 prasasti Tulang Air 850, Prasasti Wanua Tengah 3
|
Mengalahkan dan mengusir Balaputradewa
yang menyingkir ke Sumatera (Sriwijaya). Menurut prasasti Wantil Membangun Candi Prambanan
dan Candi
Plaosan, Mpu Manuku membangun ibu kota baru di
desa Mamrati sehingga ia pun dijuluki sebagai Rakai Mamrati. Istana baru itu
bernama Mamratipura, sebagai pengganti ibu kota yang lama, yaitu Mataram & Rakai Mamrati turun takhta dan menjadi brahmana bergelar Sang Jatiningrat. prassti
Argopura, pada tahun 856 perkawinan
Sang Jatiningrat alias Rakai Pikatan Mpu Manuku dengan
Pramodawardhani dari Wangsa Sailendra yang beragama Buddha Mahayana. prasasti Munduan 807 Mpu Manuku menjabat sebagai Rakai Patapan.
prasasti Kayumwungan 824 jabatan Rakai Patapan dipegang oleh Mpu Palar, prasasti Tulang Air 850 Mpu Manuku
kembali bergelar Rakai Patapan |
|
856-
885
|
Rakai
KayuWangi Dyah Lokapala
|
Prasasti
Argopura. prasasti
Wantil. Prasasti Wuatan Tija. prasasti Kalirungan tahun 883.
Prasasti Wanua Tengah 3
|
Menurut
prasasti Wantil atau prasasti Siwagerha tanggal 12 November 856, Dyah
Lokapala naik takhta menggantikan ayahnya, yaitu Sang Jatiningrat (gelar
Rakai Pikatan sebagai brahmana). Pengangkatan putra bungsu sebagai raja ini
didasarkan pada jasa kepahlawanan Dyah Lokapala dalam menumpas musuh ayahnya,
yang bermarkas di timbunan batu di atas bukit Ratu Baka. 10 Desember 880
Rakai Kayuwangi mengeluarkan prasasti untuk menganugerahi para pemuka desa
Wuatan Tija karena mereka telah berjasa menolong putranya yang bernama Dyah
Bhumijaya
|
885(8
bulan)
|
Dyah
Tagwas
|
Prasasti
Wanua Tengah 3
|
|
885-
887
|
prasasti Poh Dulur, 890,
Prasasti Wanua Tengah 3
|
||
887
|
Rakai
Gurun Wangi
|
prasasti Munggu Antan, 887,
Prasasti Wanua Tengah 3
|
|
887-
898
|
Rakai
Wulkahumalang
|
prasasti Panunggalan,
Prasasti Wanua Tengah 3
|
prasasti
Panunggalan tanggal 19 November 896 menyebut adanya tokoh bernama Sang
Watuhumalang Mpu Teguh, namun tidak bergelar maharaja, melainkan hanya
bergelar haji
|
899-
910
|
Rakai
Dyah Balitung
|
prasasti Telahap (899), Prasasti
Telang tanggal 11 Januari 904, Prasasti Mantyasih tanggal 11 April 907,
Prasasti Wanua Tengah 3
|
Dyah Balitung
yang merupakan menantu Rakai Watuhumalang (raja Medang pengganti Rakai
Kayuwangi) berhasil menjadi pahlawan dengan menaklukkan Rakai Gurunwangi dan
Rakai Limus sehingga kembali mengakui kekuasaan tunggal di Kerajaan Medang.
Maka, sepeninggal Rakai Watuhumalang, rakyat pun memilih Balitung sebagai
raja daripada iparnya, yaitu Mpu Daksa. Prasasti Telang tanggal 11 Januari
904 berisi tentang pembangunan komplek penyeberangan bernama Paparahuan yang
dipimpin oleh Rakai Welar Mpu Sudarsana di tepi Bengawan Solo. Prasasti Poh
tanggal 17 Juli 905 berisi pembebasan pajak desa Poh untuk ditugasi mengelola
bangunan suci Sang Hyang Caitya dan Silunglung peninggalan raja sebelumnya
yang dimakamkan di Pastika, yaitu Rakai Pikatan. Raja ini merupakan kakek dari
Mpu Daksa dan permaisuri Balitung. Prasasti Kubu-Kubu tanggal 17 Oktober 905
berisi anugerah desa Kubu-Kubu kepada Rakryan Hujung Dyah Mangarak dan
Rakryan Matuha Dyah Majawuntan karena keduanya berjasa memimpin penaklukan
daerah Bantan. Prasasti Mantyasih tanggal 11 April 907 berisi tentang
anugerah kepada lima orang patih bawahan yang berjasa dalam menjaga keamanan
saat pernikahan Dyah Balitung
|
910-
919
|
Mpu
Daksa
|
Prasasti plaosan,prasasti Talahap, prasasti Ritihang tanggal 13 September 914, prasasti Timbangan
Wungkal
|
prasasti Timbangan Wungkal 913 Masehi.
Isinya tentang pengaduan Dyah Dewa, Dyah Babru, dan Dyah Wijaya yang dulu
mendapatkan hak istimewa dari Rakai Pikatan, namun kemudian dipermasalahkan oleh Dang Acarya Bhutti
yang menjabat sebagai Sang Pamgat Mangulihi.Selain itu ditemukan pula
prasasti Ritihang tanggal 13 September 914 tentang persembahan hadiah dari Mpu Daksa untuk permaisurinya. |
919-
921
|
Dyah
Tulodhong
|
prasasti Lintakan
|
Prasasti Harinjing tanggal 19 September 921 berisi pengukuhan anugerah untuk anak-anak
Bhagawanta Bhari yang berjumlah 12 orang dan tersebar di mana-mana.
Bhagawanta Bhari adalah tokoh yang berjasa membangun bendungan pencegah
banjir. Ia sendiri telah mendapat anugerah dari raja sebelumnya.Prasasti
untuk anak-anak Bhagawanta Bhari diperbaharui lagi pada tanggal 7 Maret 927, di mana mereka mendapatkan desa Culanggi
sebagai sima swatantra (daerah bebas pajak). Pembaharuan tersebut dilakukan
oleh Rakai Hino Mpu Ketuwijaya, atas saran dari Rakai Sumba yang menjabat sebagai Sang Pamgat Momahumah. |
921-
927
|
Dyah
Wawa
|
prasasti Sangguran tanggal 2 Agustus 928 tentang penetapan desa Sangguran sebagai sima swatantra (daerah bebas
pajak) agar penduduknya ikut serta merawat bangunan suci di daerah
Kajurugusalyan. |
|
929-
947
|
Mpu
Sindok
|
Prasasti Turyan tahun 929 berisi permohonan Dang Atu Mpu Sahitya
terhadap tanah di barat sungai desa Turyan supaya dijadikan sebagai tempat
bangunan suci. Prasasti Linggasutan tahun 929 berisi
tentang penetapan desa Linggasutan, wilayah Rakryan Hujung Mpu Madhura
Lokaranjana, sebagai sima swatantra untuk menambah biaya pemujaan bathara di
Walandit setiap tahunnya.
Prasasti Gulung-Gulung masih dari tahun 929
berisi tentang permohonan Rake Hujung Mpu Madhura agar sawah di desa
Gulung-Gulung dijadikan sima bagi bangunan suci Mahaprasada di Himad.Prasasti
Cunggrang juga bertahun 929 berisi tentang penetapan desa Cunggrang sebagai
sima swatantra untuk menrawat makam Rakryan Bawang Dyah Srawana, yang diduga
sebagai ayah dari sang permaisuri Dyah Kebi.Prasasti Jru-Jru tahun 930 berisi tentang permohonan Rake Hujung Mpu
Madhura supaya desa Jru-Jru di daerah linggasutan dijadikan sima swatantra
untuk merawat bangunan suci Sang Sala di Himad.Prasasti Waharu tahun 931 berisi tentang anugerah untuk penduduk
desa Waharu yang dipimpin Buyut Manggali, karena setia membantu negara
melawan musuh.Prasasti Sumbut juga bertahun 931 berisi tentang penetapan desa
Sumbut sebagai sima swatantra karena kesetiaan Mapanji Jatu Ireng dan
penduduk desa itu menhalau musuh negara.Prasasti Wulig tanggal 8 Januari 935 berisi tentang peresmian bendungan di Wuatan Wulas dan Wuatan Tamya yang
dibangun para penduduk desa Wulig di bawah pimpinan Sang Pamgat Susuhan.
Peresmian ini dilakukan oleh seorang istri Mpu Sindok bernama Rakryan
Mangibil.Prasasti Anjukladang tahun 937 berisi tentang penetapan tanah sawah di
desa Anjukladang sebagai sima swatantra dan persembahan kepada bathara di
Sang Hyang Prasada, serta pembangunan sebuah jayastambha atau tugu
kemenangan. Tugu ini sebagai peringatan atas kemenangan melawan serangan Kerajaan Sriwijaya yang mencapai daerah tersebut. |
SKENARIO BIMBINGAN KELOMPOK TEKNIK DISKUSI KELOMPOK TAHAP PEMBENTUKAN · Pembukaan dengan mengucapkan salam. · Konselor mengucapkan ucapan terima kasih kepada para anggota kelompok atas kehadiran mereka. · Konselor membuka bimbingan kelompok dengan berdoa bersama dengan dipimpin oleh anggota kelompok yang telah disepakati. · Konselor memperkenalkan diri dan dilanjutkan oleh anggota kelompok untuk memperkenalkan diri dengan gaya dan ciri khas masing-masing. · Melakukan permainan untuk pengakraban antar anggota kelompok menggunakan permainan dengan nama “SIAPA DIA”. Permainan pengakraban ini dengan cara konseli menuliskan ciri-ciri yang ada pada dirinya, apa yang dibenci dan apa yang disukai pada selembar kertas. S...
Komentar
Posting Komentar